top of page

Membongkar Dunia Pertelevisian Dalam Film Pretty Boys

Menjadi film debut yang disutradarai oleh Tompi, atau biasa dikenal sebagai penyanyi dan dokter bedah, Pretty Boys resmi rilis pada 19 September 2019 lalu. Film yang diperankan Vincent Rompies dan Desta Mahendra ini juga dibantu oleh Imam Darto sebagai penulis naskah.


Official Trailer Pretty Boys

Sejak menit awal film, kita diperkenalkan pada dua karakter utama yaitu Anugerah (Vincent) dan Rahmat (Desta) yang bekerja sebagai koki di restoran. Mereka berdua sahabat dari kecil yang sama-sama merantau dari kampung ke Jakarta. Cita-cita keduanya pun sama, yaitu ingin bisa menjadi pembawa acara di televisi. Pada menit-menit berikutnya, kita diajak untuk melihat bagaimana mereka berjuang meraih impian tersebut.


Film yang memiliki premis “hancurnya dunia pertelevisian” ini menyampaikan pesannya dengan mudah ke penonton. Terkesan simple tetapi di sepanjang film kita diperlihatkan bagaimana dalamnya permasalahan dalam indusri itu. Tidak heran, para pembuat film ini sendiri juga sudah berpengalaman dalam dunia tersebut. Jokes dan sindiran yang dilontarkan sepanjang film dengan mudahnya membuat penonton tertawa. Ritme emosi dalam film ini juga cukup rapi meskipun ada bagian cerita yang terkesan hilang. Di beberapa scene yang emosional, rasa dalam adegan itu juga tersampaikan dengan nyata. Hal itu didukung dengan akting Vincent, Desta, Roy Marten, dan Danilla yang maksimal di film ini. Meskipun tidak dipungkiri ada dialog-dialog yang terdengar memaksakan. Di samping hal-hal tersebut, Tompi sudah cukup bagus untuk mengetahui porsi dari masing-masing pemerannya.

Visualisasi Tompi dalam film pertamanya ini juga berhasil menimbulkan impresi yang tidak meragukan. Perpaduan warna dan sinematografinya mendukung dalam setiap adegan yang muncul. Dalam film ini pun terdapat beberapa lagu musisi-musisi lokal yang dijadikan soundtrack. Namun, menurut saya ada bagian-bagian dari scoring tersebut yang justru terkesan tidak nyambung. Akan tetapi, film ini berhasil memanjakan mata penonton bahkan sampai ke bagian credit title-nya.

Begitu film selesai, kita seakan disadari jika cerita ini benar dibuat dari hati dan atas keresahan pribadi sang pembuat film. Drama kehidupan yang dibalut dalam komedi menyegarkan; mungkin itu menjadi kalimat yang tepat untuk menggambarkan film ini secara keseluruhan.


1 view0 comments

Kommentare


bottom of page