top of page

Sexy Killers, Potret Tokoh Di Balik Bisnis Tambang Batu Bara

Updated: Dec 4, 2019


Diawali dengan adegan pasangan suami istri yang layaknya sedang berbulan madu di sebuah kamar hotel. Film buatan Dhandhy Laksono ini, menampilkan adanya keterlibatan para pejabat dan purnawirawan di sektor pertambangan batu bara. Mereka secara aktif menjadi bagian dari industri batu bara itu sendiri, baik sebagai direksi, komisaris, pemilik saham, dan sebagainya.


Selama 1 jam 28 menit, film dokumenter produksi Wacdoc Documentary, menyodorkan fakta-fakta dari rangkaian investigasi perjalanan panjang Ekspedisi Indonesia Biru yang dilakukan sepanjang 2015. Film tersebut banyak memberikan perspektif lain yang mungkin tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Dari terangnya listrik, penonton diajak melihat wajah lain dari gelapnya batu bara. Hal tersebut bisa dilihat dari tampilan bagan kepemilikan batu bara yang ditayangkan di dalam film.


Pro dan kontra terus bergulir di tengah masyarakat setelah mononton film Sexy Killers. Salah satunya yaitu respon dari Steffani Dea (21) mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi saat ditemui di Kampus 2 UPN Yogyakarta. Ia malah merasa film ini menyuarakan suara orang-oarang kecil yang tidak didengar oleh Negara.


Berbeda dengan respon Tulus Manalu (20) mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, “Menurutku filmnya kayak engga coverbooth dari pemerintah ya, harusnyakan pihak pemerintah juga diberi ruang untuk berbicara di film ini,” ujarnya saat diwawancarai hari Kamis (16/5/2019).


Dari dokumen tentang kepemilikan perusahaan di departemen Hukum dan HAM, putra sulung Jokowi Dodo, Gibran Rakabuming pernah tercatat sebagai pemegang saham dan komisaris PT Rakabu Sejahtera yang digantikan oleh adiknya Kaesang Pangarep. Namun, saham tersebut juga dimiliki oleh PT Toba Sejahtera milik keluarga Luhut Panjaitan. Grup Toba Sejahtera merupakan induk perusahaan PT Toba Bara dan baru saja membeli saham Sandiaga Uno di PLTU Paiton Jawa Timur.


Selain menjadi menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Pandjaitan juga sebagai tim sukses Jokowi-Ma’ruf yang disebut Bravo 5. Tim tersebut diketua oleh Jendral (Purn) Fachrul Razi, mantan Wakil Panglima TNI di masa Abdurrahman Wahid. Ia juga menjabat sebagai komisaris di PT Toba Sejahtera selain di perusahaan pemerintah PT Antam. Pesiunan Jendral yang lain di tim Bravo 5 kubu Jokowi adalah Suaidi Marasabessy, mantan Kepala Staff Umum TNI. Ia tercatat sebagi komisaris di PT Kutai Energi yang menambang di Kalimantan Timur. PT tersebut merupakan anak perusahaan dari PT Toba Sejahtera yang dimiliki oleh Luhut Pandjaitan.


Tanpa melihat afiliasi politik, terdapat data tentang jejak sebagian Jendral dan Polri yang sedang dan pernah menjabat di perusahaan batu bara. Pertama ada Irjen Pol (Purn) Mathius Salempang, Irjen (Purn) Aryanto Sutadi, Irjen Pol (Purn) Alpiner Sinaga, Komjen Pol (Purn) Nugroho Djajusman, Laksamana TNI (Purn) Syamsul Bahari, Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto, Laksamana TNI (Purn) Agus Suhartono, Laksamana TNI (Purn) Marsetio.

Sementara dari kalangan Sipil ada penguaha Oesman Sapta Oedang yang menjadi Dewan Penasehat TKN Jokowi-Ma’ruf. Ia memiliki kaitan dengan perusahaan tambang batu bara PT Total Orbit di Barito Utara dan Tanah Bumbu di Kalimantan Selatan. Selain itu ada pengusaha Andi Syamsudin Arsyad yang pernah menjadi Wakil Bendahara TKN Jokowi adalah pemilik tambang batu baru Grup Johnlin di Kalimantan Selatan. Berikutnya ada pengusaha Hary Tanoesoedibjo pemilik tiga stasiun televisi, Dewan Penasihat TKN dan juga Ketua Umum Partai Perindo. Ia juga memiliki tambang batu, MNC Energy and Natural Resource. Terakhir Jusuf Kalla yang merupakan Wakil Presiden RI serta Dewan Pengarah TKN Jokowi-Ma’ruf, pemilik dari perusahaan tambang Grup Kalla.


Dilain pihak, Prabowo tercatat sebagai pemilik Nusantara Energy Resources yang menaungi 17 anak perusahaan. Adapun wakilnya, Sandiaga Uno merupakan pemegang saham PT Saratoga Investama Sedaya yang juga pernah menjadi Direktur Utama di PT Multi Harapan Utama. Selain itu, jejaknya juga tercatat di PT Adaro Power yang merupakan perusahaan tambang terbesar di Indonesia. Dalam tim sukses Prabowo yang disebut BPN (Badan Pemenangan Nasional) dimana Direktur Komunikasi dan Media dijabat oleh adiknya sendiri Hashim Djojohadikusumo. Hashim merupakan pemegang saham PT Batu Hitam Perkasa yang memiliki PLTU di Paiton sebelum dijual ke PT Saratoga milik Sandiaga Uno, lalu dijual lagi ke PT Toba Bara milik Luhut Pandjaitan. Nama lain di kubu Prabowo, Ferry Mursyidan Baldan yang menjabat sebagai Direktur Relawan untuk BPN. Keluarga istrinya memiliki tiga izin usaha penambangan di Berau Kalimantan Timur.


Sebagain besar mereka tercatat di Bursa Efek Indonesia, bahkan juga tercatat sebagai perusahaan bersaham syariah. Perusahaan tersebut yaitu, Adora Energi, Indika Energi, Bayan Resources, Indo Tambangraya Megah, Harum Energy, Tambang Batu Bara Bukit Asam, hingga Toba Bara Sejahtera. Saham syariah adalah saham yang dianggap tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. Lembaga yang menentukan perusahaan tambang bersatatus syariah adalah Dewan Syariah Nasional yang juga Ketua MUI Ma’aruf Amin yang merupakan calon Wakil Preiden.

6 views0 comments

Comentarios


bottom of page