top of page

Thrift Shopping, Kenapa Tidak?


Saat ini, membeli barang-barang bekas, atau sering disebut sebagai thrift shopping, merupakan aktivitas baru yang kembali hadir mewarnai dunia fashion baik di Indonesia, maupun di kancah manca negara. Thrift shopping atau dahulu lebih dikenal dengan preloved atau juga sebagai barang second, pernah muncul di era 2010. Saat ini, tahun 2019, masyarakat khususnya anak muda mulai menjadikan thrift shopping tren kembali.


Berbelanja barang-barang yang sudah terpakai, kini menjadi tren gaya hidup di kalangan anak muda. Situasi dimana toko baju bekas dipenuhi oleh anak-anak muda kini bukan lagi pemandangan yang asing, lantaran menjamurnya budaya thrift shopping di kalangan anak muda. Biasanya, barang-barang yang paling banyak dicari di toko baju atau barang bekas adalah barang-barang yang memiliki nilai tertentu: langka, bermerek, pernah populer pada masanya, ataupun barang yang kini sudah tidak diproduksi lagi.


Thrifting sendiri berarti ketika seseorang berbelanja di toko barang bekas dan membeli pakaian, sepatu, aksesori dan benda-benda lain yang sudah tidak terpakai dengan harga murah atau diskon. Barang-barang yang dimaksud didapatkan dengan harga murah karena kebanyakan adalah barang secondhand atau barang bekas. Aktivitas nge-thrift ini banyak digandrungi anak-anak muda. Selain mendapatkan barang dengan harga murah, biasanya barangnya juga merupakan barang limited.


Hal terbaik saat melakukan belanja barang thrifting adalah tidak pernah tahu “permata” apa yang akan Anda temukan. Saat ini, thrifting yang menjamur banyak yang menjual barang-barang bermerek dengan harga sangat murah, seperti merek Uniqlo, H&M, Zara, Gucci, Supreme, Top Shop, Levis, Tom Ford, dan lain sebagainya. Meskipun harga yang ditawarkan thriftshop harganya sangat murah, kualitas barang yang ditawarkan masih sangat bagus.


Di luar berbagai keuntungan yang kita dapatkan secara personal, melakukan thrift shopping juga dapat berkontribusi terhadap bumi yang lebih baik melalui pengurangan sampah dan pengurangan energi serta limbah yang dihasilkan proses produksi. Meskipun dengan membeli barang bekas tidak memiliki dampak yang langsung terhadap pengurangan penggunaan energi, limbah, dan pestisida, setidaknya kita tidak berkontribusi terhadap siklus produksi pakaian yang berdampak buruk pada lingkungan.


Selain itu, dengan membeli baju bekas, kita juga berkontribusi terhadap pengurangan sampah baju yang pada dasarnya masih layak pakai. Karena saat ini industri garmen di Indonesia sangat gencar produksi, sehingga garmen menyumbang limbah besar di Indonesia. Jika dibiarkan limbah dan sampah, membutuhkan sekitar 20 hingga 200 tahun untuk sampah tekstil tersebut terurai.


Namun, kita juga tidak dapat membenarkan perilaku belanja baju di thrift shop secara impulsif lantaran harganya yang murah; jika kita membeli baju bekas secara besar-besaran dan tanpa berpikir panjang apakah baju yang dibeli akan terus kita pakai, kita justru akan menumpuk sampah lagi yang suatu hari akan harus dibuang. Buy less, choose well, make it last (Vivienne Westwood).

7 views0 comments

Comments


bottom of page