top of page

Joker Kenalkan Kesadaran Kesehatan Mental Hingga Self Dignose

( Joaquin Phoenix stars as Arthur Fleck, who becomes the supervillain Joker. Niko Tavernise/Warner Bros. Sumber : https://www.insider.com/joaquin-phoenix-joker-problematic-connects-mental-illness-and-violence-2019-10 )


Akhir-akhir ini kesehatan mental adalah topik yang sangat hangat, yang sedang dibahas di lingkungan kuliah, tempat kerja, sekolah, dan kelompok-kelompok masyarakat. Ditambah dengan muculnya film Joker yang rilis pada tanggal dua Oktober lalu, yang mana menyinggung kesehatan mental. Dalam film tersebut ditunjukkan bagaimana fisik dan emosional yang tak stabil si tokoh karena mengidap gangguan kejiwan. Kemudian banyak anak muda atau kaum milenial yang lalu meng-klaim dirinya memiliki penyakit mental karena merasa memiliki emosional yang sama.


Bagi generasi milenial yang kerap mendengar kata “mental health” atau “mental illness”, yuk, kita kenali Bersama mengenai pengertian kesehatan mental sendiri. Pada dasarnya Undang-Undang no 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa sudah membuat definisi dari orang yang mengalami kesehatan jiwa menjadi dua yaitu Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). OMDK adalah orang yang mempunyai gangguan di bagian fisik, mental, sosial, pertumbahan dan perkembangan, dan kualitas hidup seperti depresi dan kecemasan yang lebih bersifat prefentif sehingga beresiko untuk mengalami gangguan jiwa. ODGJ didefinisikan sebagai orang yang mengalami gangguan pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi sehingga menjadi menderita dan terhambat fungsinya sebagai manusia seperti skizofrenia.


Setelah Film Joker rilis dan ditonton banyak audience termasuk milenial, mulai banyak self-diagnose di kalangan media sosial, yang mana menyatakan dirinya mengalami depresi atau memiliki mental illness. Padahal self-diagnose bisa saja salah jika dilakukan bukan melalui orang yang memang ahli. Bagi para milenial yang merasa memiliki gangguan mental seperti depresi setres karena berbagai hal, ada banyak alternatif untuk koseling konseling dari ahli kejiawaan seperti psikolog atau psikiater.


“Anak muda saat ini sangat rentan akan gangguan kejiwaan, seperti yang disebutkan beberpa penelitian. Entah karena masalah keluarga, teman, tugas kuliah, hinga permasalahan pekerjaan. Tingginya angka depresi di kalangan anak muda, disebabkan banyak stigma negatif apabila mereka menemui dokter jiwa,” ujar Cahya Amelia, salah satu mahasiswa UGM jurusan psikologi semester akhir. Sering kali Orang Dengan Masalah Kejiwaan atau bias disingkat dengan ODMK menutup diri karena diibilang “cari perhatian” atau “lebay” dan mendapatkan perilaku negatif dari orang-orang sekitarnya sehingga mereka menutup diri dari orang-orang.


Generasi milenial tak perlu malu jika memang membutuhkan orang lain untuk berbagi cerita. Apabikla mereka memang tak ingin atau tak memiliki teman untuk bercerita, saat ini banyak klinik-klinik kesehatan seperti puskesmas, praktik, rumah sakit yang menyediakan layanan konseling untuk pasien yang memang terkena gangguan kejiwaan. Bahkan dikutip dari depkes.go.id, pemerintah sendiri hanya menjanjikan 5% dari APBN 2019 untuk diambil menjadi anggaran kesehatan. Golongan kesehatan tersebut masih sangat umum, termasuk didalamnya terdapat kesehatan kejiwaan. Akan tetapi, saat ini ada alternatif bagi pasien yang kurang mampu melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

7 views0 comments

Commentaires


bottom of page